Dibawah ini adalah dharmadesana mahaguru mengenai
”Sadhana Melukis Mahamayuri” yang disampaikan oleh Mahaguru pada saat Beliau berkunjung ke Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya Palembang. Artikel ini juga dapat di baca di
Majalah Dharma Talk edisi April 2011. Video dharmadesana mahaguru ini dapat di simak
disini.
Pertama-tama, kita sembah sujud pada guru silsilah Bhikku Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala. Para tamu kehormatan hari ini Bpk. Eddy Santana Putra, Dirjen Bimas Buddha Bpk. Budi Setiawan, Kakanwil Depag Sumatera Selatan Bpk. Najib Haitami dan ketua kelenteng Tridharma Bpk. Tang Ping Hua. Para Acarya, Dharmacarya, Bhikku Lhama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma dan umat dari luar kota. “Selamat pagi.”
Pertama kali datang ke Palembang mengunjungi Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya, Saya melihat Maha Dewi Yao Chi Jin Mu, yang sangat aneh lagi saya juga melihat Sakranam Dewa Indra (Yi Huang Ta Ti), juga ada kehadiran Dewa 3 alam (San Kuan Da Di [tian kuan, di kuan, shui kuan]).
Hari ini Saya akan memberikan ahbiseka Padmakumara, abhiseka Maha Sapta sadhana dari Dewi Yao Chi Jin Mu (瑤池金母七大法), dan abhiseka Mahamayuri. Untuk penjelasan dari maha sapta sadhana dari Dewi Yao Chi Jin Mu, Sheng Zun telah menerangkan dengan jelas pada waktu berkunjung ke Singkawang, Vihara Tri Ratna (三尊雷藏寺) anda semua dapat menghubungi Vihara Tri Ratna (三尊雷藏 寺) karena saya telah menjelaskan tentang Yao Chi Jin Mu disana untuk mendapatkan rekaman tersebut.
Hari ini akan memberikan abhiseka Mahamayuri yaitu sadhana melukis yang salah satu sadhana sangat penting caranya sebagai berikut : Visualisasi wujud Mahamayuri kita harus memperhatikan wujud Mahamayuri. Melukis di mulai dari bawah ke atas. Pertama melukis teratai, diatas teratai terdapat cakra candra, lalu melukis burung merak dan di atas burung merak terdapat wujud dari Mahamayuri tersebut. Wujud dari Mahamayuri, berlengan 4, masing-masing lengan memegang teratai putih, bulu merak, butiran berwarna emas yang merupakan buah kesempurnaan (吉祥果), buah permohonan (祈願.果) Mahamayuri ini memegang 4 alat dharma atau fa qi.
Teratai putih simbolkan santika atau tolak bala. Bulu merak simbolkan abhicaruka (penaklukan). Buah permohonan (祈願.果) simbolkan wasikarana (cinta kasih). Buah kesempurnaan (吉祥果) simbolkan paustika (kesejahteraan atau berkah). Didalam ajaran Tantrayana, Mahamayuri ini sangat dihormati, karena merupakan wujud penjelmaan dari Vairocana. Juga merupakan wujud penjelmaan dari Sakyamuni serta merupakan wujud penjelmaan dari Amitabha. Oleh sebab itu di dalam Tantra Mahamayuri merupakan perpaduan dari 3 Buddha. Wujud dari Vairocana ini terlihat jelas di mahkotanya Mahamayuri. Didalam kisah Jataka, Sakyamuni pernah terlahir menjadi raja burung merak, serta di dalam Amitabha sutra di katakan bahwa semua jenis burung di Sukhavati Loka merupakan penjelmaan dari Amitabha Buddha.
Oleh karena itu kita melatih Dharma Mahamayuri ini kita bisa mendapatkan abhisheka atau pemberkahan dari 3 Buddha juga bisa mendapatkan 4 keberhasilan dharma duniawi (sadhana karman = santika, abhicaruka, wasikarana, dan paustika) yang saya katakan, sadhana melukis ini yaitu kita mulai dari lukis teratai, burung merak dan yang terakhir wujud dari Vidyaraja yang sedang duduk di atas merak. Setiap hari melukis satu lembar dan kita melatih dengan terus menerus. Ketika melukis sambil membaca mantranya (Om Mo Yu Li Ji La Di Suo Ha). Dengan setulus hati kita melatih melukis setiap hari dan membaca mantranya. Apabila dengan demikian kita pasti suatu saat akan merasakan kehadiran Mahamayuri tersebut, baik kita melihat sendiri maupun dalam mimpi. Setelah itu kita jangan lupa untuk melakukan pelimpahan jasa yaitu memohon kepada Mahamayuri untuk menjadi Dharmapala bagi diri kita sendiri dan melimpahkan berkah untuk kehidupan kita.
Apabila lukisan itu kita merasa tidak bagus, kita boleh membakar lukisan tersebut. Dan apabila lukisan itu kita merasa bagus boleh kita berikan kepada orang lain atau kita bingkai. Mengapa melukis dan menjapa mantra begitu lama baru bisa mencapai keberhasilan? Karena kita telah menggunakan hati kita dalam melakukan sadhana ini. Sang Buddha pernah bersabdah “Apabila hati kita melakukan sesuatu dengan sesungguh hati, niscaya tidak ada yang tidak akan berhasil” yang artinya Anda dengan konsentrasi melakukan sesuatu niscaya tidak ada yang gagal. Salah satu rupang Mahamayuri ini adalah sangat luar biasa (Mahaguru mengangkat rupang Mayuri, diperlihatkan kepada umat).
Ada sebuah lelucon yang lucu. Seekor burung merpati yang bisa mengantar surat atau merpati pos, dan juga ada satu lagi jenis burung yang biasa mematuk pohon yang sering kita dengar bunyinya “Tuk.. Tuk.. Tuk..” jika dua jenis burung itu menyatu apa jadinya? Tahukah anda? Begitu burung mengantarkan surat dia bisa mengetuk pintu. Mahamayuri ini merupakan gabungan dari 3 Buddha atau Tathagata Vairocana, Amitabha Buddha, dan Sakyamuni yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Didalam kita melatih diri, kita sering menghadapi berbagai kesusahan, jadi kita jangan takut menghadapi berbagai kesusahan tersebut. Seperti sadhana melukis ini tidak susah/tidak sulit, tetapi anda melukis pertama kali tidak lah menyerupai barang tersebut. Hanya dengan setulus hati melatih menggambar, terus melukis dan akan tertanam di dalam pikiran anda, dan membaca mantranya, inilah rahasia Tantra. Jika kita merasa kesulitan dalam melukis, jangan langsung menyerah, kita harus melukis terus menerus sampai suatu saat kita bisa mewujudkan gambaran tersebut di hati kita dengan sambil menjapa mantran-Nya. Dan kita bisa mendapatkan kekuatan dari Mahamayuri. Sadhana ini pasti berhasil.
Ada sebuah lelucon tentang terjun payung. Pelatih mengajarkan pasukan penerjun payung bagaimana caranya terjun payung dengan baik. Setiap orang membawa parasut, ada satu orang yang bertanya, “seandainya saya punya parasut, pada waktu terjun tidak bisa terbuka, bagaimana?” dijawab oleh pelatih, “kita akan menukar parasut yang baru untuk anda.” Kita juga tahu dalam melompat terjun payung ini, pasti ada kemungkinan parasaut tidak terbuka. Semua masalah itu tidaklah ada yang sempurna. Apabila anda setiap hari melatih sadhana Mahamayuri ini pasti tidak akan gagal, Bahkan jika Anda melukisnya tidak bagus/mirip (bahasa mandarinnya xiang), saya teringat bahasa Indonesia selamat siang (xiang). Anda sendiri adalah penduduk Indonesia yang pasti akan bisa “xiang” (mirip) karena Anda setiap kali mengucapkan “selamat siang”. Tidak perduli bagaimana kesusahan dalam melukis itu, kita tetap harus malakukan melukis, dan membaca mantra berulang-ulang. Begitu kita merasakan lukisan tersebut meresap ke dalam hati kita, pasti akan mencapai suatu keberhasilan. Tidak seperti penerjun payung, yang jika parasutnya tidak terbuka ia pasti akan jatuh. Apabila kita melatih sadhana Mahamayuri ini pasti akan ada keberhasilan atau mencapai kontak yoga.
Maka hari ini, Saya mendoakan semoga negara Indonesia makmur sentosa, tiada bencana. Setiap murid Zhen Fo Zhong memiliki badan yang sehat, cita-cita terkabul sempurna, memiliki sradha atau iman yang kokoh, semoga semua umat mencapai keberhasilan di dalam sadhana. “Terima Kasih” Setelah usai berdhamadesana, Sheng Zun memberikan 3 macam Abhiseka kepada semua yang hadir.