Sejak Buddhapali membabarkan Tathagata Usnishavijaya Dharani ke Tiongkok, Mantra ini sudah beredar ke seluruh daratan Dinasti Tang, semua vihara/arama serta kalangan rakyat jelata, semuanya bersemangat membaca Tathagata Usnishavijaya Dharani. Oleh karena itu tidak heran bila banyak muncul mukjizat yang mengejutkan banyak orang.
Kira-kira 40 tahun setelah Yang Arya Buddhapali menyepi di Gunung Wu Thai, seorang abdi besar kerajaan yang bergelar ‘juru tulis kerajaan’ bernama Wu Che (武撤)menulis pengalaman pribadi kedua orang upasaka yang dikenalnya berkaitan dengan mukjizat dari penjapaan Mantra.
Catatan yang ditulisnya selanjutnya menjadi salah satu bagian di dalam kitab Tripitaka. Di bawah ini adalah mukjizat penjapaan mantra kedua upasaka tersebut:
1. Pahala menjapa Mantra, Sang Ayah yang telah meninggal menitis menjadi Raja Dewa di Alam Dewata
Pada awal tahun 12 Dinasti Tang (725 SM) di bawah Gunung Wu Thai terdapat seorang upasaka bermarga Wang yang rajin bersadhana. Suatu saat, ia mempunyai masalah dalam melakukan perjalanan yang panjang, yang akan menghabiskan waktu pulang pergi lebih dari 4 bulan. Karena waktu itu, sarana transportasi masih belum maju, kendaraan masih kuno, maka penyampaian berita juga sulit terlaksana.
Sekembalinya upasaka dari perjalanan panjangnya, ternyata ayahnya telah meninggal dunia. Begitu ia kembali tidak bertemu lagi dengan ayahnya, hatinya sangat sedih. Oleh karena itu ia memutuskan untuk menyepi di gunung. Dengan sepenuh hati menjapa Usnishavijaya Dharani sampai hitungan 100.000 kali, dan jasa-jasanya dilimpahkan kepada ayahnya yang telah meninggal dunia, dengan harapan agar karma buruk ayahnya terkikis, sehingga dapat terlahir di alam Dewata, serta berdoa agar dapat bertemu ayahnya sekali lagi. Kegigihannya menjapa Mantra, dan ketulusan berdoa, tanpa berhenti sehari pun.
Siapa tahu setelah ia menjapa beberapa tahun tak ada tanda-tanda kontak batin sedikitpun. Dalam hati Upasaka Wang berpikir, ”Mengapa Usnishavijaya Dharani tidak manjur? Jika demikian, saya keluar saja dari penyepian ini.”
Tepat saat ia akan keluar gunung, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang biksu tua berdiri di samping pintu penyepiannya dan berkata pada Upasaka Wang, ”Saudara sebenarnya sudah sepenuh hati menjapa Mantra, dan juga sangat tekun melaksanakannya. Bukanlah Mantra Usnishavijaya yang tidak manjur, tetapi Mantra yang Anda baca intonasinya kurang tepat, sehingga pahalanya agak sedikit sulit ditemukan kemujarabannya. Sekarang saya akan mengajarkan Anda intonasi seluruh kata-kata Mantra itu, dan lanjutkan terus penjapaan Mantra, kemujarabannya akan muncul dengan sendirinya.”
Selesai mengucapkannya, biksu tua itu mengajarkan intonasi kalimat Mantra yang sebenarnya pada Upasaka Wang dan iapun dengan sepenuh hati menerimanya, serta melanjutkan penjapaan Mantra tersebut.
Demikianlah setelah melewati lebih dari 3 bulan, pada suatu malam, saat ia masih menjapa mantra, tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara musik surgawi yang merdu. Juga suara dentingan emas perak perhiasan, pakaian dan mahkota sangat jelas terdengar. Suara musik dan suara dentingan itu berasal dari langit, dan perlahan-lahan turun ke dalam ruangan altar. Saat Upasaka Wang masih tercengang, ia segera keluar melihatnya. Dan ia tersentak, tampak para dewa-dewi yang berjumlah puluhan orang, wajahnya anggun dan indah, dengan jubah surgawi yang halus, pita warna-warni melayang-layang, masing-masing memegang alat musik dan panji, tercium wewangian yang harum semerbak, indah bagai lukisan, terang benderang bagaikan siang hari. Juga tampak Raja Dewata di tengah-tengah para dewa dewi, semuanya mengelilingiNya, wajahnya sangat berwibawa, kepala mengenakan mahkota yang dihiasi perhiasan yang gemerlapan, tampak gagah dan sangat berwibawa.
Ketika ia masih tercengang, Sang Raja Dewata berkata pada Upasaka Wang, ”Masihkah Anda kenal padaku?”
Upasaka Wang menjawab, ”Tidak kenal.”
Raja Dewata tertawa dan berkata, ”Saya adalah ayahmu! Dalam beberapa tahun belakangan ini, kamu sudah lelah menjapa Mantra Usnishavijaya, sedangkan saya sendiri mendapatkan kekuatan pahala Mantra tersebut, sekarang sudah menjadi Raja Dewata dan menikmati berkah kesenangan surgawi. Kemanjuran dari Mantra Usnishavijaya ini benar-benar tak terhingga, benar-benar luar biasa! Semoga kamu melanjutkan penjapaan Mantra dengan tekun agar kelak tiba di alam yang luar biasa!”
Selesai Raja Dewata mengucapkannya, dengan tersenyum perlahan-lahan ia melayang lagi ke angkasa, para dewa dewi melantunkan kembali musik surgawi hingga benar-benar menghilang. Upasaka Wang bersorak-sorak gembira, tergesa-gesa ia mengantar barisan itu pergi. Dalam jangka waktu yang sangat lama, harum surgawi memenuhi ruangan, musik surgawi jelas terdengar dan di dalam ruangan, taman, pekarangan, sangat terang.
Sejak itu Upasaka Wang makin percaya dan rajin menjapa Mantra. Tak heran lagi pastilah Upasaka Wang akan memperoleh “Maha Keberhasilan dalam Penjapaan Mantra” dan memasuki alam yang luar biasa.
2. Pahala Menjapa Mantra Dapat Menyeberangkan Seluruh Arwah Yang
Berdosa Di Alam Neraka
Pada awal tahun Thien Pao Dinasti Tang (天寶/742 M), terdapatlah seorang tuan muda keluarga Wang yang tinggal di kaki Gunung Wu Thai. Ia rajin membaca Usnishavijaya Dharani yang sudah melewati 20 tahun lamanya.
Suatu hari, karena ada suatu hal, ia berkunjung ke rumah seorang teman yang tinggal di ibu kota Dong Du Timur(東都城 ). Tiba-tiba ia merasa tidak enak badan dan berbaring di ranjang temannya, dengan tenang pingsan dan meninggal dunia. Temannya melihat wajahnya masih segar, dan masih ada nafas di hidungnya, tubuhnya juga tidak mengeras. Sehingga temannya tidak berani memakamkannya, dan membiarkan tetap berbaring di atas ranjang serta tidak berani mengganggunya.
Begitulah Tuan Muda Wang berbaring sampai 7 hari 7 malam. Selanjutnya ia kembali sadar. Teman-teman dan saudara dekat maupun jauh datang melihatnya. Tuan Muda Wang menceritakan semua pengalamannya selama 7 hari tak sadarkan diri itu:
Saya agak letih dan beristirahat sebentar di atas ranjang. Baru saja berbaring, datang 2 orang utusan yang berkata, ”Raja kami khusus mengundang Guru Besar. Guru Besar dipersilakan mengikuti.”
Saya langsung saja mengikuti mereka berdua keluar dengan menempuh perjalanan sejauh 10 li. Kedua utusan ini, di pinggir jalan di bawah pohon melepas lelah, saya juga ikut duduk sambil melepas lelah. Ketika sedang beristirahat, saya tiba-tiba teringat mengapa tidak memanfaatkan kesempatan dengan menjapa Mantra Usnishavijaya? Langsung saja saya menutup mata bervisualisasi dan menjapa dalam hati sampai 21 kali, begitu saya membuka mata, kedua utusan itu menghilang entah ke mana.
Saat saya tengah tercengang, terlihat lagi 4 orang utusan datang mendekat dan bersujud di depan saya serta berkata, ”Mantra yang tadi Anda japa, pahalanya tak terhingga, bermanfaat besar, kedua utusan tadi telah naik ke alam Dewa.”
Saya katakan, ”Saya hanya menjapanya dalam hati dan tidak berbuat yang lainnya.”
Keempat utusan itu berkata, ”Itulah kekuatan pahala yang besar dari Mantra Usnishavijaya ini, mohon agar Guru Besar menjapa Mantra ini buat kami berempat, agar melepaskan kami dari penderitaan.”
Setelah selesai berkata, mereka pun bersujud 3 kali. Dan saya pun kembali mengatupkan mata menjapa dalam hati Mantra Usnishavijaya, sepenuh hati bervisualisasi. Setelah menjapa sampai 21 kali, begitu membuka mata keempat orang itu menghilang lagi.
Saat itu juga terdengar suara lempengan-lempengan baju besi beradu turun dari langit. Yang terlihat hanya sebarisan pasukan yang gagah berwibawa, menjaga keamanan seorang Raja, dibelakangnya juga terdapat banyak pengikut.
Raja ini memakai jubah kebesaran berwarna ungu, serta mengenakan baju besi, wajahnya sangat tegas dan berwibawa. Ia memimpin semua pengikutnya bersujud di depan saya dan berkata, ”Saya adalah pejabat arwah Raja Yama tingkat 5, jabatan saya sangat disegani, tetapi alam ini masih termasuk alam dewa, dan menjalankan semua tugas yang telah ditentukan, sekarang memohon agar terlahir di alam kahyangan. Yang barusan keenam utusan itu atas jasa pahala kekuatan Dharma Guru Besar, telah mencapai alam kahyangan. Hari ini siswa khusus datang memohon agar datang ke tempat siswa dengan tujuan memanjatkan Usnishavijaya Dharani, dengan harapan agar semua keluarga besar dan para insan di alam neraka mendapatkan pahala penjapaan Mantra. Sungguh merupakan pahala yang tak terhingga!”
Selesai mengucapkannya ia berdiri kembali dan berjalan di depan.
Demikian pula saya, mengikuti dari belakang menuju sebuah lereng gunung yang sangat luas dan memasuki sebuah kota. Saya melihat luasnya hampir mencapai 10 li, semuanya para roh yang terhukum, semuanya sedang menjalankan siksaan. Semua roh itu dalam keadaan kaki tangan dirantai dan terbelenggu. Menjalani segala penyiksaan, merobek kulit dan daging, darah membasahi wajah dan tubuh, suara erangan dan teriakan yang mengerikan. Ada yang patah tangan, patah kaki, hantu tanpa kepala, hantu yang hancur sangat mengerikan. Juga tercium bau amis darah yang menjijikkan. Benar-benar sebuah pemandangan yang sangat mengerikan di dalam neraka.
Saya berusaha keras mengikuti Raja Yama ke sebuah panggung yang lebih tinggi. Raja Yama mempersilakan saya duduk di singgasana tinggi. Beliau sendiri berlutut di tanah, para pengikutnya juga turut berlutut di belakang. Semuanya dengan hormat beranjali. Di atas singgasana tinggi saya menutup mata menenangkan diri serta berkonsentrasi dalam visualisasi menjapa Usnishavijaya Dharani dalam hati. Saat penjapaan sudah mencapai hitungan ke-49, begitu membuka mata, Raja Yama dan para pengikut di belakangnya sudah menghilang. Seluruh sudut-sudut yang luasnya 10 li tidak tampak lagi para napi yang tersiksa. Semua belenggu yang mengikat para napi sudah terlepas. Saya tahu bahwa mereka semua sudah terlahir di Tanah Suci Buddha.
Saya merasakan kesendirian, saat itu tiba-tiba muncul 4-5 orang bersujud di depan saya, ”Atas titah Raja dipersilakan Guru Besar untuk kembali.” Mereka membawa saya sampai ke sebuah kaki gunung dan mendorong saya. Seketika saya siuman dan sadar, ternyata saya sudah tidak sadarkan diri 7 hari 7 malam lamanya.
Cerita di atas adalah pengalaman pribadi yang dituturkannya sendiri oleh Tuan Muda keluarga Wang serta membuktikan kemukjizatan dari Usnishavijaya Dharani ini.
Dari pengalaman Upasaka Wang dan Tuan Muda Wang ini, mengundang orang untuk berpikir, ternyata pahala Usnishavijaya Dharani ini mampu mengubah nasib roh ayah terlahir di alam kahyangan. Sampai-sampai Raja Yama pun mengejar keagungan pahala Usnishavijaya Dharani, agar terlahir di Tanah Suci. Apalagi makhluk di alam neraka juga bisa mengakhiri penderitaannya!
Sungguh beruntung sekali para arwah terhukum di neraka tingkat 5, sehingga neraka bisa terbebaskan atas welas asih Raja Yama yang mengizinkan para arwah napi beroleh kebesaran pahala Usnishavijaya Dharani.
Coba dipikir sekali lagi, kita hidup di zaman dunia Satya Buddha dan mampu beroleh eksistensi Usnishavijaya Dharani, bukankah kita ini sungguh beruntung?
Segera manfaatkan waktu Anda dengan tekun menjapa Mantra, dengan demikian barulah bisa disebut orang yang menghargai keberuntungan!
0 comments:
Post a Comment