Monday, November 14, 2011

Sejarah Masuknya Tathagata Usnishavijaya Dharani ke Tiongkok

Atas welas asih Sang Buddha Gautama menyelamatkan Pangeran San Zhu dari penderitaan, maka dibabarkan Tathagata Usnishavijaya Dharani, oleh sebab itu Usnishavijaya Dharani dikenal luas di India.

Beberapa abad setelah Sang Buddha memasuki Parinirvana, pada tahun pertama Yi Feng penanggalan Dinasti Tang (唐朝的儀鳳元年/ lebih kurang tahun 676 Masehi) ada seorang Bhikku Brahmana dari India yang bernama Buddhapali (佛陀波利), ia mengembara menghadapi rintangan hanya untuk mengunjungi Manjusri Bodhisattva (文殊師利菩薩) di Gunung Wu Thai di daerah Propinsi Shan Xi, Tiongkok.

Sesampainya di kaki gunung Wu Thai, dengan tulus hati ia merebahkan tubuhnya ke tanah, dan bernamaskara ke puncak gunung, dengan satu langkah sekali sujud, demikianlah ia mendaki ke puncak gunung. Dengan hati yang welas asih tanpa batas serta dari hati nuraninya berujar, “Beberapa abad setelah Sang Buddha mencapai Parinirvana, para Yang Arya dan Mahasattva tidak lagi keluar menolong para insan yang menyedihkan ini. Di dunia ini yang tinggal hanyalah Yang Arya Manjusri di Gunung Wu Thai yang masih berwelas-asih pada para insan, yang mengajarkan para insan berlatih jalan Bodhi.

Saya Buddhapali, sangat menyesal tidak dapat terlahir di zaman Sang Buddha, tidak dapat melihat wajah mulia Sang Buddha, tidak dapat mendengar langsung ajaran Sang Buddha, hati saya sangat menyesal! Oleh sebab itu sengaja saya mengembara ke sini dengan sepenuh hati ingin memberi hormat pada Yang Arya Manjusri. Oh! Yang Arya Manjusri yang Maitri Karuna, munculkanlah diri Sang Arya di hadapan saya, agar saya bisa melihat wujud agung Sang Arya.

Selesai mengucapkannya, ia bernamaskara pada puncak tertinggi dan tangisan iba mengalir bak hujan. Setelah bersujud, begitu ia menengadahkan kepalanya, muncul seorang kakek tua dari tengah gunung berjalan perlahan-lahan ke hadapan Buddhapali. Wajah kakek itu sangat agung, berbicara dengan Buddhapali dengan bahasa Brahman, “Oh Biksu, Anda datang dari jauh tanpa mengenal lelah mencari jejak Yang Arya, kegigihan Anda sangat mengharukan.
Tetapi para insan di Tiongkok ini telah banyak berbuat karma buruk, banyak Biksu Sangha yang melanggar sila. Karma buruk yang demikian berat ini sukar diselamatkan. Hanya Tathagata Usnishavijaya Dharani yang mampu menghapus karma buruk para insan, tak tahu apakah Biksu membawa serta Dharani ini?”

Buddhapali berkata, ”Biksu kemari hanya untuk memberi hormat dan menemui Yang Arya Manjusri. Biksu tidak membawa serta Dharani tersebut.
Kakek tua itu berkata, ”Bila memang Biksu tidak membawa serta Dharani tersebut, apa gunanya datang kemari? Andai Biksu telah bertemu dengan Yang Arya Manjusri, bagaimana Biksu mengenalinya? Kalau tidak Biksu kembali saja ke India, untuk membawa Tathagata Usnishavijaya Dharani, untuk dibabarkan di daratan Tiongkok. Dengan demikian berarti sebagai persembahan terbesar bagi para Buddha, di samping itu juga menolong para insan dan makhluk halus, juga membalas jasa besar para Buddha! Nanti sekembalinya Biksu dengan membawa serta Dharani tersebut, saya akan memberitahu tempat di mana Manjusri Bodhisattva berada.

Begitu Buddhapali mendengar kata-kata kakek tua itu, ia tersadar dan saking gembiranya ia membungkukkan badan pada kakek tua itu. Begitu ia tegak kembali, kakek tua itu telah menghilang. Buddhapali kaget sekali dan terlebih-lebih ia makin menaruh hormat, sepenuh hati kembali ke India, untuk membawa serta Tathagata Usnishavijaya Dharani.

Melintasi berbagai rintangan dalam perjalanan, telah melalui 6 kali musim panas dan musim dingin. Musim panas dan musim dingin silih berganti, Buddhapali dengan gigih pantang mundur bertujuan untuk menyelamatkan para insan, sebagai wujud dari maitri karuna yang bagaikan baja. Berusaha menukarkan semua penderitaan para insan dengan sebuah Sukhavati abadi. Ia menghadapi berbagai macam kesulitan selangkah demi selangkah menapaki sebuah daratan tanpa batas, gurun pasir Gobi yang luas dan ganas tanpa penghuni. Kesulitan demikian telah ia lalui selama 6 tahun.

Akhirnya pada tahun 2 Yong Chun (永淳二年/tahun 682 Masehi) Buddhapali membawa serta Tathagata Usnishavijaya Dharani dari India ke kota Xi Jing, Tiongkok (中國西京). Menurut peraturan Dinasti Tang pada saat itu, sebuah kitab suci berbahasa Sansekerta haruslah terlebih dahulu mendapat izin kaisar, barulah boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Han (Mandarin). Demikianlah akhirnya Buddhapali menemui Kaisar Tang dan memohon abdi kerajaan untuk mengurus masalah ini, serta menyerahkan Tathagata Usnishavijaya Dharani yang asli dalam bahasa Sansekerta kepada Kaisar Tang.

Siapa sangka Kaisar Tang adalah seorang yang mencari keuntungan pribadi, ia memerintahkan Re Cau (日照)seorang biksu kerajaan dan biksu lainnya menerjemahkan Dharani asli bahasa Sansekerta ini di dalam ruangan istana, serta melarang pembabaran Dharani ini di luar istana kerajaan. Selain itu ia menganugerahkan 240 meter kain sutra bermutu tinggi kepada Buddhapali dengan maksud menyuruhnya meninggalkan istana.

Begitu Buddhapali mengetahui ternyata Dharani tersebut dilarang pembabarannya di luar istana kerajaan, hatinya sedih sekali bagaikan tergores pisau. Ia menangis dan menghadap kaisar serta berkata, ”Hamba menghadapi berbagai kesulitan tanpa menghiraukan bahaya datang dari jauh membawa Dharani ini sampai ke Tiongkok. Hamba bertekad membabarkannya kepada semua insan, membebaskan insan dari penderitaan. Sama sekali bukan untuk tujuan memperoleh kekuasaan, hadiah ataupun kekayaan, apalagi sebuah ketenaran. Mohon agar Paduka menarik kembali larangan pembabaran Dharani tersebut, sehingga Dharani ini dapat beredar di kalangan rakyat, dengan demikian rakyat dan arwah gentayangan memperoleh berkah sinar Buddha dan manfaat Buddha Dharma!

Kaisar Tang dengan terpaksa menyerahkan kembali Dharani asli bahasa Sansekerta itu kepada Buddhapali, sedangkan Dharani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin tetap ada di tangan kaisar. Dengan Dharani bahasa Sansekerta di tangan, Buddhapali terus-menerus mencari orang yang bisa menerjemahkannya. Setelah melewati berbagai pencarian, akhirnya di sebuah Vihara Xi Ming (西明寺)ditemukan seorang biksu Han yang mahir dalam bahasa Sansekerta dan Mandarin yang bernama Biksu Shun Zhen (順真法師).

Demikianlah, setelah mendapat izin dari Kaisar Tang, Buddhapali bersama Biksu Shun Zhen dan kawan-kawan menerjemahkan Tathagata Usnishavijaya Dharani di Vihara Xi Ming. Begitu Dharani itu selesai diterjemahkan, tercapailah sudah cita-cita Buddhapali. Dengan membawa Dharani asli Sansekerta ke Gunung Wu Thai untuk bertemu Manjusri Bodhisattva dan sejak saat itu ia tidak turun gunung lagi.

Setelah melewati 5 tahun, sampai pada dinasti Tang tahun ke-3 Chui Gong (垂供/tahun 687 Masehi), Biksu Zhi Jing (志靜法師)ketua Vihara Ting Jiao (定覺寺)menemui Biksu San Zang (三藏法師), Biksu Re Cau untuk membahas masalah Tathagata Usnishavijaya Dharani.
Biksu San Zang dan Biksu Re Cau menggunakan lafal Sanskrit untuk memperbaiki terjemahan di luar istana, semua perbedaan antara keduanya diperbaharui kembali, sehingga setiap kata maupun kalimat menjadi intonasi atau lafal sanskrit sepenuhnya, serta dicatat di dalam pustaka kerajaan. Sampai pada Dinasti Ming tahun 9 Yong Le (明朝永樂/tahun 1412 Masehi), Kaisar Ming Cheng Zu (明成祖)menulis kalimat pembuka pada Tathagata Usnishavijaya Dharani. Beliau sangat menjunjung tinggi jasa pahala dari Usnishavijaya Dharani.

Dahulu, ketika Sakyamuni Buddha membabarkan Tathagata Usnishavijaya Dharani demi untuk menolong Pangeran San Zhu, semuanya tertulis di dalam kitab sutra India berbahasa Sanskrit, selanjutnya oleh Yang Arya Buddhapali bersama Biksu Sun Zhen menerjemahkannya ke dalam bahasa Han (Mandarin).

Yang Arya Buddhapali diberi petunjuk oleh Manjusri Bodhisattva agar kembali ke India untuk membawa Dharani ke Tiongkok, selanjutnya diperbaharui kembali hasil terjemahannya oleh Biksu Zhi Jing, kepala Vihara Ting Jiao pada Dinasti Tang.

Kumpulan karya terjemahan serta ditambah dengan kalimat pembuka dari Kaisar Ming Cheng Zu, semuanya tersirat di dalam “Kitab Tripitaka, Bab Ajaran Tantra.”

Sebuah syair yang sangat bermakna, ditulis oleh Gude (古德) tertulis di atas Tathagata Usnishavijaya Dharani:

Zaman dahulu Yang Mulia datang ke Timur,
昔日尊者往東來

Berkat petunjuk Bodhisattva Majusri,
卻 被文殊花引開

Tanpa Tathagata Usnishavijaya Dharani di Tanah Timur,
東土若無尊勝咒

Arwah gentayangan sukar melepaskan diri.
孤魂難以脫塵埃


Setelah Anda membaca “Sejarah Masuknya Tathagata Usnishavijaya Dharani ke Tiongkok”, mohon direnungi beberapa hal di bawah ini:
  1. Mengapa Manjusri Bodhisattva menyuruh Buddhapali kembali ke India untuk mengambil Dharani, dengan jelas yang ditunjuk tidak lain adalah Tathagata Usnishavijaya Dharani?
  2. Mengapa Buddhapali mau dengan gigih melawan maut, selama 6 tahun mengalami bermacam- macam penderitaan, dengan susah payah mengembara dari India ke Tiongkok hanya untuk membawa Tathagata Usnishavijaya Dharani!
  3. Mengapa Yang Arya Buddhapali menolak hadiah dari kaisar dan bersikeras, agar Tathagata Usnishavijaya Dharani dibabarkan di kalangan rakyat luas, serta berusaha keras mencari orang untuk menerjemahkannya, barulah terkabul cita-citanya?

Ketiga pertanyaan ini menunjukkan, bahwa Tathagata Usnishavijaya Dharani sangat penting sekali dalam menghadapi berbagai masalah penderitaan para insan di Svaha Loka ini!

Tepat sekali apa yang dikatakan Manjusri Bodhisattva (kakek tua), ”Para insan di Tiongkok banyak memupuk karma buruk, banyak sekali biksu Sangha yang melanggar sila. Karma buruk yang demikian berat sukar dihapuskan. Hanya Tathagata Usnishavijaya Dharani yang mampu menghapus karma buruk para insan!

Kata-kata emas yang dikenang sepanjang masa ini sungguh luar biasa!

0 comments: